Salju


web widgets

Jumat, 26 September 2014

P A S R A H

Pasrah berbeda dengan ikhlas. Ikhlas adalah menerima dengan legowo apapun yang kita alami saat ini, sedangkan pasrah adalah menyerahkan apa yang terjadi nanti pada Allah SWT. Kita pasrahkan pada-Nya apa yang terjadi nanti. Apakah nanti rasa sakit yang kita alami makin parah, makin membaik, atau sembuh total, kita pasrahkan kepada Allah.
Pasrah bukan berarti fatalisme, pasrah yang sejati disertai usaha optimal untuk mencari solusi. Pasrah (atau tawakal) berarti bahwa kita berusaha sekuat tenaga sambil hati kita hanya bergantung pada Allah. Ora et Labora, kerjaku adalah doaku. Bismillahi tawakkaltu ‘ala Allah.. ini adalah doa berangkat kerja, bukan doa “pulang kerja” (jadi bukan “kalau sudah mentok baru pasrah”), bukan pula doa “berangkat tidur” (jadi bukan “habis pasrah terus tidur, tidak perlu berusaha”).

Pasrah bukan berarti tidak berusaha. Pasrah adalah suatu kondisi jiwa bahwa kita menyerahkan diri kita kepada Allah SWT, tentu saja dibarengi semangat juang dan usaha yang pantang menyerah. Pasrah memberikan ketenangan jiwa dan kedamaian pikiran, karena kita yakin bahwa segala permasalahan kita ada dalam genggaman-Nya.
Dan bagi orang yang pasrah, Allah akan mengambil alih masalahnya. Dia sendiri yang akan turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan orang tersebut.

Seperti Nabi Ibrahim yang berdoa “Cukuplah Allah sebagai penolongku” maka jadi dinginlah api yang hendak membakarnya, atau Nabi Musa yang berdoa “Dan aku serahkan masalahku pada Allah, sesungguhnya ia Maha Melihat segala urusan hamba-Nya”.
Allah-pun berpesan, “Dan jika telah kau bulatkan tekadmu, maka selanjutnya, pasrahkanlah kepada Allah SWT, sesungguhnya ia mencintai orang-orang yang berpasrah diri, dan “(Katakan) dengan rahmat dan karunia Allah hendaklah kamu berbahagia, karena Rahmat dan karunia-Nya lebih baik dari semua yang kamu usahakan.”


*Ahmad Faiz Zainuddin – SEFT : Spiritual Emotional Freedom Technique – hal. 71

Tidak ada komentar: